Free West Papua

Senin, 04 Juni 2012

Jeritan seorang anak Nduga

Di puncak gunung yang tinggi kupandang jauh disana ,indahnya kampung halamanku Gunung-gunung ,sungai dan barisan perkebunanan yang menghiasinya .aku tersenyum karena bangga padanya , oh….tanah kelahiranku. Tetapi mataku berkaca-kaca karena di kumpuli sejuta airmata ,tidak lama kemudiaan menetes melalui pipihku dan mengalir dengan deras berjatuhan. Hatiku di hari itu sangat hancur tidak tegah meninggalkna dia .kuarahkan pandanganku ketempat lain karena sedih hatiku. Karena besok hari aku harus pergi menuntut ilmu di kota dengan pesawat terbang dan tidak mungkin aku melihat dia lagi untuk beberapa tahun. Kupandang dia sekali lagi dengan menagis dan hati yang sedih lalu aku berkata padanya : “Hai….Tanah kelahiranku ,tempat ayah dan ibuku besarkan aku ,kampung kebanggan ku ,hartaku,istanahku,aku besok harus pergi ke tempat yangt jauh tetapi aku akan balik suatu saat untuk membangun dan mengubahhmu” itu janjiku padanya. Rasanya aku ingin memandang dia di hari itu sehariaan ,namun hatiku tidak tahan lagi jika memandangnya lama-lama .Kulambaikan tangan untuk terakhirkalinya namun air mataku menetes tambah deras .maafkan aku aku harus meninggalkanmu untuk masa depan . Ku ajunkan kaki melangkah menuruni gunung .dalam perjalanan ku melewati hutan-hutan,tempat berburu dan cari kayu bakar dan melewati berisan kebun-kebun,meyeberangi jembatan gantung . Lalu sejuata pertanyaan timbul dalam benakku,kapan aku bisa bermain bersama mereka di tempat ini .tetapi bukan masih begini lagi,air mataku kembali mengalir. kucepatkan langkahku agar aku bias melewati tempat-tempat itu dengan cepat .karena matahari sudah hamper tenggelam. ( sekarang dia sedang menuntut ilmu di kota ,untuk membangun kampung halamanya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar